DAFTAR ISI
Halaman
Sampul i
Kata
Pengantar ii
Daftar
Isi iii
Bab
I Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang 1
1.2.
Rumusan Masalah 1
1.3.
Tujuan Penulisan 1
1.4.
Manfaat Penulisan 1
Bab II Pembahasan
2.1. Kata Dasar 2
2.2. Kata Berimbuhan 2
2.3. Kata Majemuk 2
2.4. Frasa 4
2.5. Unsur Terikat 4
2.6. Kata Ulang 6
2.7. Kata Depan 7
2.8. Partikel 9
2.9. Pemenggalan Kata 10
2.10.
Singkatan dan Akronim 11
2.11. Angka dan Lambang Bilangan 13
Bab
III Penutup
3.1. Kesimpulan 14
3.2. Saran 14
Daftar
Pustaka 15
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT.
atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan judul “Penulisan Kata” dengan baik guna memenuhi penilaian pada mata kuliah Bahasa
Indonesia di semester genap.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan
makalah ini adalah menganalisis mengenai penulisan kata dalam berbahasa
Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar nantinya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait.
Makalah
ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dan bimbingan baik secara moril maupun
materill dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Allah
SWT. yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga makalah ini
terselesaikan dengan baik.
2. Kedua
orang tua yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil, dan selalu
menjadi penyemangat dalam mencapai target.
3. Ibu
Gustianingsih selaku dosen pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
banyak memberikan bimbingan dan bekal ilmu.
4. Teman-teman
yang selalu mendukung dan saling berbagi ide dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.
5. Segenap
pihak-pihak terkait yang mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhirnya
penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri
khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.
Medan, April 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berdasarkan pada ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah melakukan berkali-kali
penyempurnaan dalam ejaan. Antara lain yang dibahas dalam ejaan yang
disempurnaan itu ialah penulisan kata, yang dimana penulisan kata itu memiliki porsi yang
berpengaruh dalam suatu penulisan. Penulisan kata yang benar
akan membuat kaliamat-kalimat yang kita buat menjadi padu, efektif, dan enak untuk dibaca.
Dalam penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seperti kata dasar, kata berimbuhan, majemuk, frasa, unsur terikat, kata ulang, kata depan, partikel, pemenggalan kata, singkatan dan
akronim, serta angka dan lambang bilangan.
Pada makalah ini kami akan membahas secara lebih rinci, aspek-aspek
yang ada dalam penulisan kata, sesuai dengan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah yang menjadi batasan-batasan dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana penulisan kata yang benar secara umum dan
menyeluruh dalam bahasa Indonesia?
2.
Bagaimana penulisan kata yang benar ketika kata tersebut
telah mendapat imbuhan?
3.
Bagaimana penulisan kata depan yang benar?
4.
Bagaimana
penulisan partikel yang benar?
5.
Bagaimana
penulisan singkatan dan akronim yang sebenarnya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana penulisan kata yang benar dan tepat dalam
berbahasa Indonesia.
2.
Untuk mengetahui bagaimana penulisan kata yang benar
setelah mendapatkan imbuhan.
3.
Untuk
mengetahui bagaimana penulisan kata depan yang benar.
4.
Untuk menganalisis penulisan partikel.
5.
Untuk
menemukan pemahaman dalam penulisan singkatan dan akronim dalam bahasa
Indonesia.
1.4
Manfaat Penulisan
Setelah menyelesaikan makalah ini, maka manfaat yang diharapkan penulis berupa:
a.
Manfaat Teoritis
1.
Penulis
berharap makalah ini dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa terutama di bidang penulisan kata dalam bahasa
Indonesia serta memberikan kontribusi kepada pihak-pihak
yang membutuhkan.
2.
Penulis
berharap makalah ini dapat menambah rujukan bagi mahasiswa mengenai penelitian
yang terkait dengan topik makalah ini.
b.
Manfaat
Praktis
Hasil makalah ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan penulis dan menambah
referensi. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang
topik makalah ini. Serta untuk memenuhi nilai pada mata kuliah Bahasa Indonesia
di semester genap ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kata Dasar
Kata
dasar adalah kata yang belum mendapat penambahan imbuhan. Kata dasar mempunyai
makna leksikal atau makna sesuai dengan makna kamus. Kata dasar harus ditulis
sebagai satu satuan, misalnya: makan, duduk, tidur, tana, meja, manusia, hewan,
dll.
2.2 Kata Berimbuhan
Kata
berimbuhan adalah kata yang sudah mendapat imbuhan. Kata berimbuhan harus
ditulis sebagai satu satuan, maksudnya bentuk dasar atau kata dasarnya harus
ditulis serangkai dengan imbuhan yang melekat dengannya. Kata berimbuhan memiliki
makna gramatikal bukan leksikal. Contoh: berjalan, belajar, diperlebar,
dipermainkan, melihat, dll.
2.3 Kata Majemuk
Sejalan
dengan kaidah, gabungan kata atau yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis secara terpisah. Akan tetapi, bila
gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata
itu ditulis serangkai. Misalnya, manakah bentukan kata yang benar, pertanggung jawab atau pertanggungjawaban? Bentukan kata pertanggung jawab dan pertanggungjawaban pada dasarnya berasal
dari bentuk dasar yang sama, yaitu tanggung
jawab. Sejalan dengan kaidah, bentuk
tanggung jawab,
dalam hal ini harus ditulis serangkai kalau mendapat awalan sekaligus dengan
akhiran. Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah pertanggungjawaban, bukan pertanggung
jawab.
Beberapa
gabungan kata yang serupa juga harus ditulis serangkai jika mendapat awalan
sekaligus dengan akhiran, misalnya:
Gabungan kata Bentukan baku Bentukan
tidak baku
anak
tiri => dianaktirikan dianak tirikan
menganaktirikan menganak tirikan
penganaktirian penganak tirian
atas
nama => diatasnamakan diatas
namakan
mengatasnamakan mengatas namakan
pengatasnamaan pengatas namaan
ikut
serta => diikutsertakan diikut sertakan
mengikutsertakan mengikut sertakan
pengikutsertaan pengikut sertaan
Namun,
apabila bentuk dasar yang berupa gabungan kata itu hanya mendapat awalan, yang
ditulis serangkai hanya awalan tersebut dengan unsur langsung yang mengikutinya.
Misalnya:
Gabungan
kata Bentukan baku Bentukan
tidak baku
adu
domba => mengadu domba mengadu domba
adu
panjang => beradu panjang beradupanjang
kembang
biak => berkembang biak berkembangbiak
kerja
sama => bekerja sama bekerjasama
latar
belakang => berlatang belakang berlatarbelakang
Sejalan dengan ketentuan tersebut,
gabungan kata yang hanya mendapat akhiran penulisan yang diserangkaikan hanya
unsur yang langsung dilekati oleh akhiran itu, misalnya:
Gabungan kata Bentukan baku Bentukan
tidak baku
tanda
tangan => tanda tangani tandatangani
serah
terima => serah terimakan serahterimakan
sebar
luas => sebar luaskan sebarluaskan
Pemberian tanda hubung pada gabungan
kata yang mendapat awalan dan akhiran boleh dilakukan jika gabungan kata itu
masih relatif baru (belum banyak digunakan orang) dan istilah khusus.
Kemungkinan dapat menimbulkan salah tafsir atau salah pengertian, untuk
menegaskan pertalian antarunsur yang bersangkutan. Tetapi jika bentukan itu
tidak memungkinkan timbulnya salah pengertian tanda hubung itu tidak perlu
digunakan. Misalnya:
tumbuh kembang => ditumbuh-kembangkan
menumbuh-kembangkan
daya guna => didaya-gunakan
mendaya-gunakan
Bentuk semacam itu, terdapat dalam
kalimat di bawah ini.
1. Langkah yang tepat untuk mengatasi
tingkat pengangguran dengan menumbuh-kembangkan kreativitas pelajar.
2. Krisis moneter yang berkepanjangan ini terjadi
karena kepastian hukum tidak didaya-gunakan oleh pemerintah.
Sebagaimana disebutkan di atas gabungan
kata atau yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus
unsur-unsurnya ditulis terpisah jika gabungan kata itu belum mendapatkan awalan
dan akhiran. Perhatikan contoh penulisan gabungan kata yang benar berikut ini!
Bentuk baku Bentukan tidak baku
anak
asuh anakasuh
anak
angkat anakangkat
anak
tiri anaktiri
anak
haram anakharam
buah
bibir buahbibir
daya
tamping dayatampung
ibu
kota ibukota
ibu
tiri ibutiri
murah
senyum murahsenyum
sopan
santun sopansantun
Namun, gabungan kata yang sudah padu
unsur-unsurnya harus ditulis serangkai, misalnya:
Bentukan baku Bentukan tidak baku
acapkali acap
kali
adakalanya ada
kalanya
astagfirullah astag
firullah
alhamdulillah alhamdu
lillah
akhirullillah akhirul
lillah
bagaimana bagai
mana
barangkali barang
kali
bilamana bila
mana
belasungkawa bela
sungkawa
daripada dari
pada
2.4 Frasa
Frasa
atau sekelompok kata, ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, misalnya:
Frasa Bentukan
baku Bentukan tidak
baku
tidak
adil => ketidakadilan ketidak adilan
tidak
mungkin => ketidakmungkinan ketidak mungkinan
tidak
pasti => ketidakpastian ketidak pastian
tidak
hadir => ketidakhadiran ketidak hadiran
tidak
yakin => ketidakyakinan ketidak yakinan
2.5 Unsur Terikat
Unsur terikat di sini bukan
merupakan awalan atau akhiran melainkan unsur-unsur terikat yang ada dalam
bahasa Indonesia, atau bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti inter, non, dan pasca bukan
merupakan unsur bebas atau kata yang dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan
unsur bebas atau kata yang dapat berdiri sendiri jika bergabung dengan unsur
lain. Sejalan dengan kaidah, gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa
unsur terikat harus ditulis serangkai dengan unsur yang mengikutinya. Misalnya,
unsur terikat yang diserap dari bahasa asing di bawah ini.
Unsur terikat Bentukan
baku Bentukan
tidak baku
inter => interseksi inter
seksi
internasional inter
nasional
interkontinental inter kontinental
non => nonaktif non
aktif
nonformal non
formal
nonkoloborasi non
koloborasi
pasca => pascasarjana pasca
sarjana
pascareformasi pasca
reformasi
pascapanen pasca
panen
Berikut ini diberikan beberapa
contoh unsur terikat yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
Unsur terikat Bentukan
baku Bentukan
tidak baku
a- => amoral a
moral
asusila a
susila
adi- => adikuasa adi
kuasa
adimarga adi
marga
antar- => antarkota antar
kota
antarbangsa antar
bangsa
anti- => antibodi anti
bodi
antibiotik anti
biotik
bio- => biokimia bio
kimia
biodata bio
data
Kata bilangan yang diserap dari
bahasa Sansekerta penulisannya juga termasuk unsur terikat dalam bahasa
Indonesia. Maka, penulisannya harus diserangkaikan dengan unsur yang
mengikutinya. Misalnya:
Unsur terikat Bentukan
baku Bentukan
tidak baku
eka- => ekasila eka
sila
ekasuku eka
suku
dwi- => dwiwarna dwi
warna
dwifungsi dwi
fungsi
tri- => tridarma tri
darma
trisila tri
sila
panca- => pancasila panca
sila
pancawarna panca
warna
dasa- => dasadarma dasa
darma
dasasila dasa
sila
Namun, ada yang perlu dipahami dalam
penulisan unsur terikat tertantu apabila unsur lain yang berhuruf awal kapital harus
diberi tanda hubung di antara kedua unsur tersebut, misalnya:
Non-Islam, bukan non Islam, nonislam
Pro-Iraq, bukan
pro Iraq, proiraq
Pengecualian
Khusus unsur terikat maha ditulis terpisah jika diikuti oleh
kata esa atau kata sudah berimbuhan
(khusus kata-kata yang berhubungan dengan ALLAH SWT).
Maha- + Esa Maha
Esa, bukan maha esa,
Maha- + Penyayang Maha
Penyayang,
Maha- + Pengasih Maha
Pengasih,
Maha- + Pengampun Maha
Pengampun,
Maha- + Kuasa Maha
Kuasa.
2.6 Kata Ulang
Menurut
Ejaan yang Disempurnakan (EyD), angka dua sebagai penanda perulangan tidak
boleh digunakan. Dalam hal ini kata atau bagian-bagian kata yang diulang
ditulis kembali secara lengkap dengan menyertakan tanda hubung di antara unsur
yang diulang. Dengan demikian, tulisan-tulisan yang bersifat resmi, seperti:
buku pelajaran, karya tulis, skripsi, laporan ilmiah, dan sebagainya haruslah
mengikuti kaidah EyD. Berikut diberikan beberapa contoh penulisan kata ulang:
Perulangan
baku Perulangan
tidak baku
gadis-gadis seksi gadis2 seksi
dua-dua dua-dua
macam-macam macam2
mencari-cari mencari2
sayur-sayuran sayur2an
Penulisan kata ulang yang mengalami
perubahan fonem juga sama dengan yang di atas. Misalnya: sayur-mayur, muda-mudi, lauk-pauk, dan sebagainya, namun, penulisan
kata ulang pada gabungan kata atau kata majemuk, jika akan diulang, tidak perlu
seluruh unsurnya ditulis ulang, karena, jika seluruh unsurnyaditulis ulang,
kita akan menghadapi masalah yang cukup rumit, khususnya pada gabungan kata
yang bentuknya cukup panjang.
Atas dasar pertimbangan itu,
pengulangan gabungan kata tidak perlu ditulis ulang seluruhya, tetapi cukup
dengan mengulang unsur yang pertama saja, misalnya:
Tepat Tidak
tepat
Rumah-rumah sakit rumah sakit-rumah sakit
Papan-papan nama papan nama-papan nama
Suku-suku bangsa suku bangsa-suku bangsa
2.7 Kata Depan
2.7.1
Penulisan kata depan di-
Penulisa bentuk di- menyatakan dua hal, yakni menyatakan bentuk pasif (awalan) dan
menyatakan tempat. Bentuk di- yang
merupakan awalan membentuk kata kerja dan mempunyai pasangan bentuk dengan
kaata kerja yang berawalan men-,
misalnya menulis, memukul, menyambut, dan
sebagainya. Jika kata-kata tersebut ditulis dengan awalan di- makahasilnya adalah: ditulis,
dipukul, dan disambut.
Sedangkan
di yang merupakan kata depan tidak
membentuk kata kerja, tetapi menyatakan makna tempat, misalnya: di rumah, di toko, di kantor, di Binjai, dan
sebagainya. Jadi, sebagai kata depan, ditulis terpisah dari unsur yang
menyertainya.
2.7.2
Penulisan di saat, di waktu, di masa, dan
di tahun
Bentuk di saat, di waktu, di sama, dan
di tahun merupakan bentukan yang
salah. Kesalahan itu mungkin terjadi karena kesalahan dalam menerjemahkan in dalam bahasa Inggris yang dapat
bermakna di dalam bahasa Indonesia,
seperti in the school, in the office, in
the morning, dan lain sebagainya.
Jika kita perhatikan bentuk di saat, di waktu, di sama, dan di
tahun bukan merupakan kata kerja dan juga tidak menunjukkan tempat, tetapi
menunjukkan waktu. Sebagai penunjuk waktu, bentuk di merupakan kata depan. Namun, kata depan yang tepat sebagai
petunjuk waktu bukan di, tetapi pada dan ditulis terpisah dari unsur
yang mengikutinya, misalnya:
Bahasa Indonesia
|
|
Bentuk Baku
|
Bentuk Tidak Baku
|
Pada saat
Pada masa
Pada waktu
Pada tahun
Pada hari Jumat
Pada pagi hari
|
Di saat
Di masa
Di waktu
Di tahun
Di hari Jumat
Di pagi hari
|
Bahasa Inggris
|
Bahasa Indonesia
|
In the school
In the office
In the house
In the morning
In this year
|
Di sekolah
Di kantor
Di rumah
Pada pagi hari
Pada tahun ini
|
2.7.3 Kata depan ke
Kata depan ke sama halnya dengan di dan pada ditulis terpisah dari unsur yang menyertainya. Sebagai kata
depan, ke juga menyatakan tempat,
seperti kata depan di. Akan tetapi,
tempat yang dinyatakan oleh kata depan ke
bukan tempat yang (telah) dituju, melainkan tempat yang (akan) dituju.
Sebagai jawaban atas
pertanyaan ke mana, kata depan ke selalu berpasangan dengan kata depan di dan dari, dan sebaliknya. Misalnya:
di dalam ke
dalam dari dalam
di luar ke
luar dari luar
di samping ke
samping dari samping
di Binjai ke
Binjai dari Binjai
Selain sebagai kata depan,
bentuk ke juga ada yang merupakan
awalan atau bagian dari gabungan imbuhan (konfiks ke-an), maka ke harus ditulis serangkai dengan unsur
yang mengikutinya. Misalnya:
Bentukan
baku Bentukan tidak baku
keyakinan ke yakinan
ketiga ke
tiga
ke curian ke
curian
ketahuan ke
tahuan
kecanduan ke
canduan
Keterangan:
Penulisan
judul buku, karya tulis, atau karangan, kata depan di, ke, dari, dan pada
huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf kapital, kecuali yang terletak pada
awal judul. Misalnya: Buanglah Sampah di Tempatnya, Di Bawah Lindungan Kakbah,
Merantau ke Deli, Pada Sebuah Kapal, dan sebagainya.
Beberapa
kata depan lainnya jika tidak terletak pada awal judul huruf pertamanya juga
tidak ditulis dengan huruf kapital, misalnya: mengenai, tentang, dengan, dalam,
untuk, dan sebagainya.
2.8 Partikel
2.8.1
Perbedaan pun yang ditulis terpisah
dan yang diserangkaikan
Bentuk partikel pun ada yang ditulis terpisah dan ada
pula yang ditulis serangkai. Bentuk pun
yang berpadanan dengan kata juga dan saja ditulis terpisah, sedangkan
partikel pun yang ditulis serangkai adalah partikel
pun juga tidak berpadanan dengan kata
juga dan saja yang telah membentuk satu kesatuan yang padu dengan unsur yang
mendahuluinya. Lebih jelasnya perhatikan bagan berikut!
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||
Bentuk
pun yang sudah dianggap padu dan
harus ditulis serangkai seperti adapun,
ataupun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, maupun, meskipun, kalaupun, kendatipun,
walaupun, sekalipun, dan sungguhpun.
Kata sekalipun, di sini dapat ditulis
serangkai dan terpisah tergantung kepada konteksnya, maksudnya apakah partikel pun itu berpadanan dengan saja. Contoh:
·
Dia sering berkunjung ke rumahku, tetapi
sekalipun belum pernah mengutarakan isi hatinya.
Ø Bentuk
sekalipun berarti sekali saja (satu kali saja), berpadanan
kata saja.
·
Sekalipun jarang berkunjung, aku tetap
menantinya.
Ø Bentuk
sekalipun membentuk satu kesatuan
yang padu, dan kata sekalupun dapat
diganti dengan walaupun, meskipun, dan sebagainya.
2.8.2
Perbedaan per yang ditulis terpisah
dan yang diserangkaikan
Sama halnya dengan pun. Bentuk per sebagai awalan atau yang menyatakan bilangan pecahan harus
ditulis serangkai dengan unsur yang mengikutinya. Contohnya:
·
Dia menerima dua pertiga bagian dalam perjanjian itu (bilangan pecahan).
·
Dia tidak setuju dengan perkalian dalam perjanjian itu (konfiks).
Tetapi, jika menyatakan makna ‘mulai’,
‘demi’, atau ‘tiap’, maka per harus
ditulis terpisah dari unsur yang menyertainya. Contohnya:
Ø Guru
mendapat kenaikan gaji per 1 Oktober.
(mulai)
Ø Harga
minyak premium naik Rp 1.500,00 per
liter. (tiap)
2.9
Pemenggalan Kata
Pemenggalan
kata dalam ragam tulis diperlukan untuk memisahkan bagian-bagian suku dalam
pergantian baris dengan tanda hubung dan tidak didahului dengan spasi.
Perhatikan beberapa contoh dan cara pemenggalan kata pada kalimat berikut!
1.
Jika di tengah kata terdapat dua buah vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua vokal itu, misalnya:
Kata Pemenggalan
Baku Tidak Baku
kain ....…...…………ka- ………….kai-
kain ....…...…………ka- ………….kai-
in n
syair ………………..sya- ……..……sy-
ir air
2. Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan yang
diapit oleh vokal, maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan, misalnya:
Kata Pemenggalan Baku Tidak Baku
pepaya …………………pe- ………….pepay-
pepaya …………………pe- ………….pepay-
paya a
mudah …………………mu- ……………mud-
dah ah
3. Gabungan huruf konsonan yang diapit oleh vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum konsonan itu. Tetapi gabungan konsonan,
seperti sy, kh, str, ng, dan ny, tidak dipenggal karena gabungan itu
hanya melambangkan satu konsonan atau fonem, misalnya:
Kata Pemenggalan Baku Tidak Baku
dengar …………………de- ……………..deng-
dengar …………………de- ……………..deng-
ngar ar
akhirat ………………..akhi- ………………akhir-
rat at
4. Gabungan vokal atau diftong unsur-unsurnya juga
tidak dipenggal dalam pergantian baris. Misalnya:
Kata Pemenggalan Baku Tidak Baku
amboi …………………am- ………………….amb-
amboi …………………am- ………………….amb-
boi oi
aula …………………au- ……………………aul-
la a
5. Pemenggalan kata ulang dilakukan di antara
unsur-unsur yang diulang untuk menghindari pemakaian dua tanda hubung dalam
satu kata. Misalnya:
Kata Pemenggalan Baku Tidak Baku
beribu-ribu ………………beribu- ………………ber-
beribu-ribu ………………beribu- ………………ber-
ribu ribu-ribu
jalan-jalan ………..……….jalan- ……………….ja-
jalan lan-jalan
2.10 Singkatan dan Akronim
2.10.1
Singkatan
Singkatan ialah kependekan berupa
huruf dan gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf, maupun dilafalkan
dengan mengikuti bentuk lengkapnya. Perhatikanlah cara penulisan singkatan yang
benar berikut!
1. Penulisan singkatan yang berasal dari gabungan
huruf awal suatu kata, baik nama resmi lembaga pemerintah atau ketatanegaraan,
badan atau organisasi, nama dokumen resmi, maupun nama yang lain, ditulis
dengan menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
UUD Undang-Undang Dasar
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT Perseroan
Terbatas
PAD Pendapatan Asli Daerah
2. Singkatan umum yang terdiri atas dua
huruf penulisannya harus diikuti dengan tanda titik pada masing-masing huruf
itu; sedangkan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
masing-masing hurufnya tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
d.a. (dengan alamat) ybs. (yang bersangkutan)
a.n. (atas nama) hlm. (halaman)
u.p. (untuk perhatian) sda. (sama
dengan yang di atas)
d.u. (dengan ucapan) tgl. (tanggal)
dst. (dan seterusnya) spb. (surat pengiriman barang)
3. Penulisan singkatan nama, gelar,
sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
Prof (Prof. Zulfansyah)
M.A. (Qodri Azwansyah, M.A.)
S.H. (Mhd. Faisal, S.H.)
4. Penulisan singkatan lambang dan
penandaannya pada umumnya disesuaikan dengan peraturan internasional. Dalam hal
ini singkatan lambang penulisannya tidak diikuti dengan tanda titik. Yang
dimaksud dengan singkatan lambang di sini ialah singkatan yang terdiri atas
satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah, seperti kuantitas,
satuan, dan unsur. Bukan singkatan umum atau singkatan nama diri. Misalnya:
Rp rupiah
kVA kilovolt-ampera
m meter
dan
lain-lain
2.10.2 Akronim
Akronim ialah kependekan yag berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku
kata, yang ditulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa. Contohnya:
Akabri Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia
Depdiknas Departemen Pendidikan
Nasional
Diklitbang Pendidikan, Penelitian,
dan Pengembangan
Bakin Badan Koordinasi
Intelijen Negara
2.11 Angka dan Lambang Bilangan
2.11.1 Angka
Angka adalah nomor atau tanda
(lambang) yang berfungsi sebagai pengganti bilangan. Dalam bahasa Indonesia
dikenal dua macam angka, yakni: angka Arab dan angka Romawi. Angka Arab adalah
angka yang berasal dari Arab, yang telah menjadi angka internasional, seperti:
0,1,2,3,… dan seterusnya. Angka Romawi ialah angka yang berasal dari zaman
kerajaan Romawi, misalnya: I, II, III, IV, V, dan seterusnya. Perhatikan cara
penggunaan angka Arab berikut ini!
1. Angka Arab lazim digunakan dalam penomoran
halaman dalam penulisan suatu karangan ilmiah, kecuali halaman yang merupakan
bagian pelengkap suatu karya tulis, penomoran table, bagan, peta, daftar
kecuali daftar pustaka yang disajikan secara alfabetis, dan lampiran.
2. Angka Arab juga digunakan untuk menyatakan ukuran
panjang, berat, luas, isi, satuan waktu, jumlah, dan nilai uang, misalnya: 30
cm, 10 liter, Rp 15.000,00,-
Sedangkan angka Romawi dalam suatu
karya tulis lazim digunakan dalam penomoran halaman naskah yang merupakan
bagian pengantar dan bab-bab yang terdapat di dalam naskah. Misalnya:
Penomoran halaman pengantar Penomoran Bab
i Bab
I
ii Bab
II
iii Bab
III
2.11.2 Lambang bilangan
Lambang
bilangan adalah huruf atau tanda yang digunakan untuk menyatakan satuan
bilangan atau jumlah. Lambang bilangan ini ditulis dengan huruf atau dengan
angka. Perhatikan beberapa contoh berikut ini!
§ sepuluh
(10)
§ lima
ratus (500)
§ Selama
sebulan saya dikirimi uang sebesar Rp 5.000.000,00,-
Angka
atau lambang bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus,
kecuali angka tersebut terdapat pada dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Rp 1.545.000,00,- (satu juta lima
ratus empat puluh lima ribu rupiah)
dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan yang telah
dipaparkan dalam pembahasan di atas bahwa dalam pedoman ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan yang termasuk dalam penulisan kata yaitu: kata dasar, kata berimbuhan, majemuk, frasa, unsur terikat, kata ulang, kata depan, partikel, pemenggalan kata, singkatan dan
akronim, serta angka dan lambang bilangan. Semuanya memiliki fungsi
dan cara-cara untuk menjadikan penulisan kata yang benar dan baik. Untuk
penulisan kata yang benar, kita dapat berpedoman pada EyD (ejaan yang disempurnakan) dalam berbahasa Indonesia.
3.2
Saran
Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat
adalah untuk panduan para orang yang sedang menulis sebuah karya atau
karangan, oleh karena itu dalam menulis harus disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan (EyD).
Sebagai warga negara Indonesia tidak ada salahnya kita menerapkan makalah ini
dalam pemakaian huruf dan penulisan kata, misalnya dalam menulis surat,
membuat karya tulis, membuat laporan, dan lain sebagainya. Cintai bahasa Indonesia,
pelajari bahasa asing, dan lestarikan bahasa daerah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ritonga, Parlaungan, 2016. Bahasa Indonesia Praktis, Medan: Bartong
Jaya.
Oleh: Zulfansyah
0 komentar:
Posting Komentar