Selasa, 04 September 2012

Kumpulan Puisi


SENIN, 29 OKTOBER 2012

HARI LAHIRNYA NEGARAKU



KARYA: ZULFANSYAH

RAPI BERBARIS TANPA CELAH PEMBELA MU BERADA DI BARISAN TERDEPAN.
MENERIAKKAN SEMANGAT DAN KOBARAN API PERJUANGAN DI SELURUH PELOSOK.
SEBATAS BAMBU RUNCING BESERTA DO’A TERPANJATKAN DARI MULUT SETIAP INSAN DI KEDIAMAN MU.

MERDEKA… MERDEKA… MERDEKA…

MERDEKA... SATU KATA YANG HANYA DIINGINKAN OLEH PARA PEJUANG DAN PAHLAWAN DARI PENJAJAHAN BENGIS YANG MEREKA ALAMI.
BEBAS… JERIT TANGIS ANAK DAN PEMUDA BANGSA INI DALAM PENGASPIRASIAN.

HINGGA TEPAT PADA:
17 ADALAH ANGKA MANIS,
8 ADALAH ANGKA KEBERUNTUNGAN, DAN
45 ADALAH ANGKA YANG PENUH DENGAN PERJUANGAN.
DI SANALAH TERPROKLAMIRNYA KEBEBASAN DAN KEMERDEKAAN DARI PENYIKSAAN PENJAJAHAN KOLONIAL.

UCAP SYUKUR TERLONTARKAN DARI SETIAP SUDUT WILAYAH INI.
TANGIS BAHAGIA MENJADI POTRET KALA ITU.
SATU DO’A DAN SATU HARAPAN, AKAN TETAP TERUS TERPANJATKAN UNTUK MU INDONESIA KU.
JAYALAH DAN MAJULAH SERTA JADILAH NEGARA YANG LEBIH BAIK DAN TERDEPAN.
DIRGAHAYU INDONESIA KU UNTUK UMUR MU YANG KE-67 TAHUN.

PENGABDIAN KU AKAN SELALU UNTUK MU, NEGARA TERCINTA KU



SENIN, 29 OKTOBER 2012

RINDU PERDAMAIAN

PALESTINA

KARYA: ZULFANSYAH

SETIAP JERIT.
SETIAP TANGIS.
SETIAP TETES AIR MATA YANG BERLINANG.
SETIAP KESENGSARAAN.
TERLUKISKAN DI TANAH PALESTINA.

HATI RISAU.
HATI CEMAS.
MEMIKIRKAN NASIB JIWA YANG TAK BERSALAH.

ADAKAH ORANG YANG MENOLONG MEREKA YANG SEKARANG INI RINDU PERDAMAIAN.
YA, ALLAH... PENUH DENGAN AIR MATA HAMBA BERDO'A.
MERDEKAKANLAH TANAH DAN ORANG-ORANG PALESTINA
DARI SEGALA COBAAN YANG MEREKA RASAKAN SAAT INI.

JERUJI BESI TAK SEBANDING DENGAN KEPEDIHAN YANG MEREKA RASAKAN.
DINGINNYA KUTUB TAK SEBANDING DENGAN DINGINNYA BENDA YANG TERGELETAK TAK BERNYAWA LAGI.
DAN PANASNYA MENTARI TAK SEBANDING DENGAN KEBINGUNGAN MEREKA MENCARI PERLINDUNGAN.

YA, ALLAH... YA, RABB... KIRIMKANLAH KAKI TANGAN MU YANG MAMPU MEMBEBASKAN TANAH TERJAJAH PALESTINA DARI KEJAMNYA BELENGGU.

TORR... TORR... BOUUMM...
KINI PALESTINA MENJADI POTRET PEMPAT BERDENTINGNYA LONGLONGAN TEMBAKAN DAN LEDAKAN.
BERCAK CAIRAN MERAH KENTAL BAK SERAYA MENGHIASI SETIAP SUDUT RUANG PALESTINA.

MANAKAH LANGKAH-LANGKAH PERDAMAIAN DUNIA?
DIMANAKAH PERNYATAAN PERDAMAIAN DUNIA ITU?
APAKAH SEKARANG INI SUDAH TIDAK ADA LAGI YANG MENGERTI ARTI PERDAMAIAN?

KESADARAN AKAN PERDAMAIAN BAKMENCIPTAKAN SENYUMAN CERIA YANG TERLUKIS DI BIBIR SETIAP MANUSIA DI DUNIA YANG HIDUP SALING BERDAMPINGAN.                                                                                                                     




Rabu, 07 November 2012
ALAM TAK LAGI BERSAHABAT
Karya: ZULFANSYAH

Sempat terpikir oleh ku
Jikalau alam kelakkan enggan untuk bersahabat
Alam marah atas kesalahan manusia

Namun, kini terjawab sudah
Keseganan terlukis antara alam dengan penghuninya
Bermacam peristiwa kini terjadi di mana-mana
Banjir bandang, tsunami, gempa bumi, dan tanah longsor turut menyapa umat manusia

Ya, Rabb. Kami rindu keeratan kami dengan alam-Mu ini
Kami rindu di saat manusia bergandengan dengan sekitar

Kenapa Engkau beri manusia sifat yang begitu kikir
Kikir akan kepentingan sendiri
Kikir yang dipenuhi dengan rasa kesombongan

Tiada rasa perduli melihat rusaknya alam
Gunung-gunung meletus
Goncangan bumi di mana-mana
Gelombang pasang yang menerjang, menyapu bersih, melibas semua yang ada di depannya
Menyeret jiwa yang tak sanggup lagi lari dari maut menjemput
Putaran badai yang ikut serta menari-nari di atas permukaan
Menggulung semua yang menghalangi tariannya

Ya, ALLAH. Tiada yang dapat disalahkan melainkan kami yang selalu sombong dan angkuh ke pada-Mu
Ya, Rabb. Akankah kata maaf dapat menghapus semua kesalahan yang telah kami perbuat
Andai engkau alam dapat berbicara kan ku dengar semua keluh-kesah mu

Rabu, 07 November 2012
Kesucian Seorang Ayah
Karya : ZULFANSYAH

Banyak cerita ku pada mu
Banyak kata yang telah engkau ucapkan
Banyak rasa dari diri mu
Itu semua engkau berikan untuk ku

Setiap dekapan
Memberikan ketenangan dalam jiwa
Setiap untaian
Memberikan do'a yang begitu mulia

Andai ku dapat tahu saat engkau menangis
Menangis dalam do'a mu
Menangis dalam sujud mu
Manangis untuk kebahagiaan ku
Kan ku hapus linangan air yang menetes dari mata mu

Wahai ayah
Maafkanlah anak mu ini yang tidak tahu betapa berat perjuangan mu
Ayah
Ampunkanlah anak mu ini yang begitu meremehkan akan diri mu

Engkau rela menepak langkah kokoh mu di bawah sengat matahari
Hujan pun tak dapat menghambat mu untuk anak mu
Namun, apa daya
Anak mu tak pernah merasakan derita mu

Disaat anak mu berada di puncak sekali pun
Ia tak akan mengajak mu kesana
Namun senyuman kan tetap mewarnai paras mu
Kerentahan kan menjadi resiko bagi mu

Ku berjanji kelak ku akan menjadi ayah yang seperti engkau
Penuh dengan kasih sayang
Rengkulan hangat lindungi diri ku
Dalam dekap mu ku merasa aman
Memberi cerita kepada anak-anak ku

Terima kasih ayah untuk segalanya.


SEGERA
Karya: ZULFANSYAH

Bersama semangat melangkah ke depan
Mengukir cinta di keabadian singgahsana
Mau tidak mau aku harus melangkah
Bercerita pada diri sendiri

Merasa letih cibiran iblis menyerang
Iman di dalam menjadi tameng perbendaharaan
Menjerit cukup pada sang waktu
Hanya ejekkan yang didapat

Berdiri polos memandang sang lawan
Bercerita pada sang hati untuk segera
Terkutuk kau sang iblis
Angan melambung  tangan menjulang

Bersama semangat yang berkobar
Bersujud pada Sang Khalid
Segera...
Asa masih menunggu di depan


HANYA AKU

Karya: ZULFANSYAH

Hanya aku yang mengerti hati inin
Hanya aku yang pahami perasaan ini
Rasa sakit terdalam, merintih, hanya aku yang tahu
Rasa cinta, sayang, gembira juga hanya aku yang tahu

Semuanya egois, kenapa aku yang merasakannya?
Berharap semua akan terbalaskan
Tapi apa?
Mereka terdiam
Mereka menghindar, mencela perasaan ini

Tidak ada yang mengerti aku
Hanya sepi walaupun semerbak angin menghempasku
Kini ku mengerti arti sang takdir
Berharap aku akan arti kesabaran


APA SALAHKU
Karya: ZULFANSYAH

Semuanya menyalahkanku
Menjauhi, menceritakan diriku yang kurang
Mereka berbisik
Aku selalu salah

Di depan, mereka lugu
Namun semua itu palsu
Tidak ada yang memilihku
Membela, mendukung aku yang terkucilkan

Semuanya lari
Awal cerita sangat akrab
Rahasia tertawa padaku
Menjerit, mengejek diriku yang lemah

Apakah ini takdir Tuhan?
Takdir yang harus aku jalani dengan kepahitan
Percaya tapi tak percaya
Baik tapi tidak baik
Bangga tapi tak bangga

Aku sendiri
Menangis, tersedu, meronta
Kenapa aku yang ditakdirkan?

Lihat mereka
Mereka senang, ceria
Ternaungi rasa kepercayaan

Hanya diam
Sedih
Iri melihat mereka yang bernasib seperti itu

Tak ada kepercayaan
Tak ada kebanggaan
Yang ku dapat hanya remehan, kucilan, ejekkan
Dan tawaan belaka

0 komentar: